SEKELUMIT SEJARAH PERJUANGAN BERDIRINYA IPDS BEDAH SARAF FK UGM

 

Pelayanan dokter spesialis di Indonesia, dalam hal ini, pelayanan bedah saraf masih sedikit dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama di kota – kota kecil. Berangkat dari kenyataan seperti inilah, para dosen dan dokter bedah saraf Yogyakarta, yang dipelopori oleh Dr. dr. P. Sudiharto, SpBS(K) merasa tergerak untuk membentuk program studi pendidikan dokter spesialis bedah saraf, tentunya hal ini betujuan untuk menghasilkan dokter spesialis bedah saraf yang akan dapat membantu mengatasi permasalahan kurangnya tenaga dokter spesialis bedah saraf di daerah – daerah atau kota kecil d Indonesia. Perjuangan untuk mewujudkan gagasan tersebut tidaklah mudah. Perjuangan dimulai semenjak tahun 2000 berupa kerja sama pendidikan tingkat dekanat antara FK UGM/RSUP dr. Sardjito dengan FK UI/RSCM untuk pengiriman residen tahap akhir dari PPDS Bedah saraf FK UI untuk menjalani stase selama 3 bulan di SMF Bedah Saraf RSUP dr. Sardjito. Kerja sama itu berlanjut sampai sekarang. Berawal dari situlah, perjuangan untuk mewujudkan pendirian Program Studi Bedah Saraf di FK UGM  dapat diselenggarakan, tepatnya pada tanggal 1 Juni 2011 berdasarkan SK Rektor Universitas Gadjah Mada no. 222/P/SK/HT/2011.

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Saraf FK UGM dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi yaitu dr. Endro Basuki, SpBS(K),M.Kes dan dibantu oleh Sekretaris Program Studi, dr. Rahmad Andi Hartanto, SpBS(K). Adapaun staff pengajar lain diantaranya dr. Wiryawan Manusubroto, SpBS(K) dan dr. Handoyo Pramusinto, SpBS(K). Program Studi (Prodi) Bedah Saraf FK UGM, setiap tahunnya membuka pendaftaran dengan 2 periode sesuai ketentuan Dekan FK UGM, yaitu periode Januari dan periode Juli. Prodi Bedah Saraf FK UGM saat ini telah menerima 2 mahasiswa / residen. Penerimaan tersebut untuk saat ini lebih di utamakan pada program kemitraan yaitu bisa berasal dari utusan atau kiriman dari daerah yang belum ada tempat rujukan  Bedah Saraf yang bisanya berasal dari kota – kota terpecil di Indonesia atau program kemitraan yang bersal dari institusi pendidikan maupun pelayanan kesehatan yang sangat membutuhkan adanya tenaga spesialis Bedah Saraf. Prodi Bedah Saraf mempunyai program unggulan yaitu berupa program Double Degree bagi mahasiswa PPDS Bedah Saraf, dimana nantinya mahasiswa mendapatkan perkuliahan S2 selama 4 semester yang selebihnya kembali ke bagian Bedah Saraf untuk mengikuti kegiatan yang telah disusun sesuai kompetensi. Kegiatan telah banyak dilakukan selama ini yang berupa kegiatan ilmiah, diantaranya workshop tentang Brain Tumor dimana yang memberikan materi diantaranya berasal dari Kanada, Prof. Chris Ekong dan baru – baru ini telah dilakukan Round Table Discussion (RTD) tentang Cancer of Spine in Neurosurgery dengan keynote speaker ahli Bedah Saraf dari Korea Selatan, Prof. Chun Kee Chung. Kegiatan ini tidak hanya kegiatan ilmiah,ada beberapa kegiatan lain yang dilakukan oleh residen, seperti kegiatan olahraga maupun kegiatan seni.

Filosofi PPDS Bedah Saraf FK UGM tercermin dalam sebuah semboyan

“ COGNITA MANU MELIA CULTU”, merupakan suatu istilah berbahasa latin yang berarti “ Belajar Ketrampilan (Bedah Saraf) demi Pelayanan (atau peradaban) yang lebih baik”. Semboyan tersebut dapat di gambarkan dalam bentuk logo :

 

 

FOTO – FOTO KEGIATAN:

A.  Round Table Discussion dengan Prof. Chun Kee Chung dari Korea

Foto 1 : Suasana Round Table Discussion tentang Cancer of Spine

Foto 2 :  Prof. Chun Kee Chung memberikan materi pada RTD

Foto 3 : dr. Wiryawan M,SpBS(K) dan Prof. Chun Kee Chung

(Penyerahan dan penerimaan cendera mata)

B. PERTEMUAN DENGAN PROF. CHRIS EKONG DARI KANADA

Foto 4 : Staf Dokter Bedah Saraf RSUP dr. Sardjito dan Prof. Chris Ekong

Foto 5 : Suasana Diskusi, Prof. Chris Ekong, DR. dr. P. Sudiharto,SpBS(K), dr. Wiryawan M, SpBS(K).

Foto 6. Suasana kebersamaan Prof. Chris Ekong, Staf dokter Bedah Saraf dan Residen PPDS Bedah Saraf FKUGM dalam suatu acara.